Terdapat cukup banyak kitab-kitab di depan mata umat Islam yang telah membicarakan pasal-pasal dzikir, doa, wirid, dan sebagainya. Baik yang hanya ringkasan, kutipan, maupun pensarian dari kitab-kitab babon. Mulai dari yang berbahasa Indonesia, bahasa Arab, hingga terjemahan. Tapi di antara berbagai kitab-kitab tersebut, pasti ada yang merujuk kitab al-Adzkar al-Muntakhabatu min Kalaami Sayyidi al-Abraar karangan Imam Nawawi atau yang di kalangan pesantren lebih dikenal kitab al-Adzkar.
Untuk Mempermudah
Pengarang kitab al-Adzkar ini adalah Imam Nawawi. Nama lengkapnya Abu Zakariya Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain al Nawawi al-Dimasyqiy. Ia dilahirkan sekitar 800 tahun yang lalu, pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa, sebuah kampung di daerah Dimasyq (Damaskus) yang sekarang merupakan ibukota. Suriah. Dalam dunia pesantren, ia dikenal berkat karangannya yang lain yang tak kalah tenar dengan kitab ini, yaitu Riyaadh al-Shaalihiin, yang juga berisi kumpulan hadist-hadist Nabi Muhammad SAW tentang doa, adab, etika, dan tata pergaulan sesama manusia.
Kitab al-Adzkar yang ada dihadapan kita ini berbahasa Arab. Edisi terbarunya dicetak pada tahun 2010, oleh Daar al-Kutub al-'Ilmiyyah, Lebanon. Terdiri dari 343 halaman termasuk daftar isi. Dalam kata pengantarnya, Imam Nawawi mengakui bahwa penulisan kitab ini sebagai usaha untuk mempermudah umat Islam yang ingin menggiatkan amalan-amalan dzikir namun kesulitan untuk mencari bacaan dzikir yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW. Menurut pengakuannya, pada saat itu, ia mendapati ada cukup banyak kitab hadist yang telah dikarang oleh para ulama. Namun kitab-kitab tersebut cenderung memfokuskan pembahasan hadist pada sisi para perawinya, matan, dan silsilahnya (hal. 7). Hal ini tentu tak cukup praktis untuk orang banyak, yaitu orang-orang awam yang masih berada dalam fase pemula dalam pengalam Islam.
Berbeda dengan orang-orang non-awam atau para alim/ahli yang telah jauh melangkah dan memahami pasal-pasal penting dalam pengamalan Islam. Umumnya, mereka yang alim itu tergolong orang-orang yang memang berkonsentrasi penuh untuk mendalami ilmu-ilmu hadist dan ilmu-ilmu keislaman yang cukup lintas dimensi. Untuk itulah, Imam Nawawi menyadari bahwa mengetahui dan mengamalkan bacaan-bacaan dzikir yang disunnahkan itu lebih penting dan praktis bagi orang awam. Bila memang mereka menginginkan untuk mengetahui sisi Asaaniid atau seluk beluk hadist tersebut, ia pun telah membahas hal itu dalam kitab karangannya yang lain. Dibuku ini, ia mengisyaratkan niat mulianya itu untuk membantu kemudahan jalan para ahli kebaikan. Baik dengan menghadirkan penerangan tentang dalil-dalil dan sebagai isyarat terkait.
Isi dan Pembahasan
Kitab ini sendiri berisikan hadist-hadist yang telah tercantum di dalam kitab-kitab hadist yang telah terkenal di kalangan umat Islam pada saat itu. Beberapa di antaranya adalah Kitab Shohih al-Bukhari, Shohih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan al-Turmudzi, dan Sunan al-Nasaai. Hanya saja, sekali lagi, bagi orang-orang yang khusus ingin mengetahui dzikir-dzikir yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW, tentu cukup sulit untuk memeriksa seluruh kitab-kitab ini satu persatu. Dengan menulis kitab ini, Imam Nawawi telah mengantarkan kita untuk tak sulit-sulit lagi membuka ribuan halaman kitab-kitab hadist yang bermacam-macam itu. Lagupula saat ini kitab ini sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh para ahli.
Pembabakan kitab ini dibagi oleh Imam Nawawi dari segi kejadian atau masalah praktis yang terjadi di tengah-tengah umat Islam. Misalnya mengenai doa-doa yang harus dibaca didalam sholat. Entah itu doa iftitah, ruku', i'tidal, sujud dan tasyahud serta pemaparan tatacara sholat ala Rasulullah SAW. Tentu hal ini merupakan perkara sepele yang jarang sekali terbahas secara serius selama ini ditengah-tengah umat Islam. Dengan membaca kitab ini, siapapun akan tahu bahwa doa sholat yang ia baca selama ini ternyata memang sahih adanya alias memang bersumber langsung kepada Rasulullah SAW. Selain itu disini juga dituliskan ratusan pembahasan penting lainnya. Ada pasal mengenai bagaimana dan apa doa yang harus dibaca seseorang bila ia memakai atau melihat pakaian baru, sandal baru, dan semisalnya (hal. 25). Ada juga pembahasan mengenai adab, tata-cara, serta doa ketika mengunjungi orang sakit. Baik yang sedang sakit maupun yang sudah sembuh. Ada lagi pembahasan mengenai doa ketika seseorang sedang merasa putus asa dalam kehidupannya (hal. 118). Bagi mereka yang ingin mencari panduan menamakan bayinya, Imam Nawawi melampirkan pembahasan hal itu di halaman 235.
Terlepas dari semua itu, sebelum berdoa dan menyampaikan hajat kita kepada Allah SWT, hendaknya pembahasan pertama yang disampaikan oleh Imam Nawawi di kitab ini kita cam kan bersama-sama. Disini ia meletakkan pasal mengenai keharusan untuk mengosongkan hati dari segala kepentingan duniawi saat sedang berdoa atau berdzikir. Ia juga memuat bahasan mengenai kewajiban pelurusan niat dalam semua amal perbuatan. Baik yang tampak secara lajir maupun batin. Ini artinya, Imam Nawawi mengatakan bahwa doa apa saja, bila tak bersumber dari ketulusan hati dan tak bersandar pada kebesaran Allah SWT, akan sama saja hasilnya dengan tidak berdoa.
Terakhir, melalui kitab ini, Imam Nawawi mengantarkan siapa saja yang ingin mengetahui hakikat Islam. Bahwa Islam adalah agama yang sebenarnya menginginkan agar segala aktifitas manusia, baik yang lahir maupun yang batin, selalu diikatkan kepada Allah SWT melalui medium doa. Agar perbuatan tersebut berkualitas, memiliki persambungan selalu kepada Allah SWT, serta yang terpenting membawa keberkahan. Tak hanya bagi yang beramal, tapi juga bagi yang merasakan akibat amal-baik tersebut. Di dunia maupun di akhirat. Wallahu a'alam.
0 Response to "Kitab al-Adzkar Karya Imam Nawawi"
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke Blog saya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi semuanya. :)
0 Response to "Kitab al-Adzkar Karya Imam Nawawi"
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke Blog saya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi semuanya. :)